Opini

Selamat Jalan Ramadan 1446 H, Semoga Kita Berjumpa Lagi di Tahun Depan

Oleh: Hidayat Nur Ababil, Sekretaris Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) Pikom IMM Faperta.
Bagikan ke :

IMMNews Faperta, Makassar – Bulan Suci Ramadan 1446 H akan meninggalkan umat muslim, meninggalkan jejak yang mendalam bagi setiap insan yang merindukan keberkahan. Waktu terasa berjalan begitu cepat seakan baru kemarin umat Islam menyambutnya dengan suka cita, kini tiba saatnya untuk mengucapkan selamat jalan. Selama satu bulan penuh, umat Muslim menjalani perjalanan spiritual yang sarat dengan ibadah, doa, dan pengendalian diri. Kini, Ramadan telah mencapai akhirnya, meninggalkan harapan agar dapat bertemu kembali di tahun yang akan datang.

Sekretaris Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) Pikom IMM Faperta Hidayat Nur Ababil menyampaikan bahwa Ramadan bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga sarana pembentukan karakter dan peningkatan kualitas diri. Ia menegaskan bahwa nilai-nilai Ramadan seharusnya tetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan setelah bulan suci ini berlalu.

Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an mengenai tujuan utama dari puasa Ramadan:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sebagai jalan untuk mencapai ketakwaan yang lebih tinggi.

Meneruskan Api Perjuangan Kartini: Perempuan sebagai Penentu Arah Peradaban

Pelajaran Berharga di Bulan Ramadan
Ramadan mengajarkan banyak hal yang sangat berharga. Bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesabaran, mengendalikan emosi, dan memperbanyak amal baik. Setiap individu yang berpuasa tidak hanya berusaha untuk memenuhi kewajiban ibadah, tetapi juga berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam doa dan sujud panjang, mereka memohon ampunan, meminta keteguhan iman, dan berharap agar amal ibadahnya diterima oleh Allah.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa besar keutamaan Ramadan sebagai bulan pengampunan. Oleh karena itu, mereka yang menjalani Ramadan dengan penuh keikhlasan akan memperoleh rahmat dan maghfirah dari Allah.

Indahnya Kebersamaan dan Kepedulian Sosial
Selain meningkatkan ibadah, Ramadan juga menjadi bulan yang mengajarkan kepedulian terhadap sesama. Banyak kegiatan sosial yang dilakukan, mulai dari pembagian takjil, sedekah kepada kaum dhuafa, hingga berbagi kebahagiaan dengan anak yatim. Dalam suasana Ramadan, umat Muslim menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terletak pada seberapa banyak yang dimiliki, tetapi juga pada seberapa banyak yang bisa dibagikan kepada orang lain.

Pikom IMM Faperta Unismuh Makassar Gelar Aksi Bagi-Bagi Takjil di Bulan Ramadhan

Rasulullah ﷺ juga menekankan pentingnya berbagi di bulan Ramadan dengan sabdanya:

“Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk semakin giat dalam berbagi, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Ramadan menjadi pengingat bahwa berbagi bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang memberi waktu, perhatian, dan doa bagi mereka yang membutuhkan.

Selamat Hari Raya Ramadan
Kini, gema takbir menggema, menandai berakhirnya Ramadan dan datangnya hari kemenangan. Ada rasa haru yang menyelimuti hati karena bulan penuh rahmat ini telah pergi. Namun, ada pula harapan agar nilai-nilai kebaikan yang telah ditanamkan tetap hidup sepanjang tahun. Ramadan bukan sekadar momen singkat yang datang dan pergi, tetapi harus menjadi titik awal perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.

Hidayat Nur Ababil mengajak seluruh umat Muslim untuk tetap menjaga semangat Ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Ia menekankan bahwa keistimewaan Ramadan tidak hanya ada dalam ibadahnya, tetapi juga dalam bagaimana nilai-nilai yang dipelajari selama sebulan penuh dapat terus diterapkan dalam kehidupan setelahnya.

Dari Kamera Tradisional ke Smartphone: Mengubah Cara Kita Memotret di Era Digital

Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an agar kebaikan yang telah dilakukan selama Ramadan tidak terputus setelahnya:

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini menegaskan bahwa ibadah dan ketakwaan bukan hanya dilakukan di bulan Ramadan, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sepanjang tahun.

Harapan untuk Bertemu Ramadan Kembali
Sebagai manusia, tidak ada jaminan bahwa kita akan bertemu dengan Ramadan berikutnya. Oleh karena itu, setiap individu harus terus memperbaiki diri dan memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik mungkin. Dalam doa, umat Muslim memohon agar Allah memberi kesempatan untuk kembali merasakan keindahan Ramadan di tahun mendatang, dengan keimanan yang lebih kuat dan amal yang lebih baik.

Rasulullah ﷺ pernah mengajarkan doa agar dipertemukan kembali dengan Ramadan:

“Allahumma ballighna Ramadan.”
“Ya Allah, sampaikanlah kami pada Ramadan (berikutnya).”

Dengan penuh harapan, umat Muslim memohon agar Allah mengizinkan mereka bertemu kembali dengan bulan suci yang penuh berkah ini.

Selamat jalan, bulan suci. Terima kasih telah membawa begitu banyak pelajaran dan keberkahan. Semoga kita berjumpa lagi di tahun depan, dalam keadaan yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih siap menjalani perjalanan iman yang lebih indah.*

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement
Buka WhatsApp
1
Butuh bantuan?
care
Halo! Apa yang bisa kami bantu, kak?