
lembaga Se-Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar turun ke jalan.
IMMNews Faperta, MAKASSAR – Dalam rangka memperingati Hari Bumi, sejumlah lembaga di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi terkait permasalahan agraria yang semakin mengkhawatirkan. Mengusung tema “Selamatkan Bumi Kita”, aksi ini berlangsung di depan kampus Universitas Muhammadiyah Makassar dan diikuti oleh mahasiswa yang peduli terhadap isu lingkungan dan agraria.
Krisis Agraria yang Mengkhawatirkan
Dalam orasi yang disampaikan, para peserta aksi menyoroti konflik agraria yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), pada tahun 2017 terjadi 659 kasus konflik agraria dengan luas wilayah terdampak mencapai 520.491 hektare, melibatkan lebih dari 652.738 kepala keluarga.
Konflik ini mayoritas terjadi di sektor perkebunan (32%), properti (30%), infrastruktur (14%), pertanian (12%), kehutanan (5%), pesisir dan kelautan (4%), serta pertambangan (3%). Lebih lanjut, mahasiswa menyoroti peran pemerintah dan pihak swasta dalam konflik agraria yang sering kali menyebabkan perampasan lahan petani, penggusuran paksa, serta eksploitasi sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab.
Tuntutan Mahasiswa kepada Pemerintah
Sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlanjutan lingkungan dan keadilan agraria, mahasiswa Fakultas Pertanian Unismuh Makassar menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah, yaitu:
- Melaksanakan kembali Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960 untuk menjamin hak-hak petani dan masyarakat atas tanah mereka.
- Menghentikan perampasan lahan petani yang dilakukan oleh korporasi dan investor asing.
- Menindaklanjuti aktivitas pertambangan liar yang tidak sesuai dengan UUD 1945 dan merusak lingkungan.
- Menghentikan praktik ilegal logging yang menjadi salah satu penyebab utama deforestasi dan bencana alam.
Suara Mahasiswa: Perjuangan untuk Rakyat
Koordinator aksi, Muh. Rafiq, menegaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa terhadap kondisi agraria di Indonesia.
“Aksi ini lahir dari keresahan masyarakat terhadap perampasan lahan, penebangan liar, dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali. Pemerintah harus hadir sebagai solusi, bukan justru memberikan legitimasi terhadap praktik-praktik yang merugikan rakyat,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti ketimpangan yang terjadi dalam reforma agraria di era pemerintahan saat ini.
“Jika kita mengakumulasi secara bersih, sejak periode Jokowi-JK, terjadi kurang lebih 1.769 konflik agraria. Banyak dari konflik ini melibatkan konspirasi dengan pihak asing, yang akhirnya berdampak pada penggusuran dan pertambangan ilegal yang merugikan masyarakat lokal,” ungkapnya.
Menurutnya, aksi ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyuarakan suara rakyat yang tertindas akibat perampasan lahan.
“Tanah, air, dan sumber daya alam yang ada di Indonesia seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir elite dan investor asing. Dengan aksi ini, kami ingin menyampaikan bahwa Indonesia tidak dalam keadaan baik-baik saja,” tambahnya.
Komitmen Mahasiswa untuk Bumi dan Keadilan Agraria
Aksi damai ini menjadi bukti bahwa mahasiswa, khususnya dari Fakultas Pertanian Unismuh Makassar, tetap konsisten dalam mengawal isu-isu agraria dan lingkungan. Dengan semakin maraknya perampasan lahan dan eksploitasi sumber daya alam, mereka berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan konflik agraria dan melindungi hak-hak petani serta masyarakat adat.
Melalui aksi ini, mahasiswa kembali mengingatkan bahwa bumi dan lingkungan adalah warisan bersama yang harus dijaga, bukan hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.