Opini

Hari Buruh, Lebih dari Sekadar Libur Nasional: Sebuah Refleksi atas Makna dan Perjuangan

Oleh: Awal Syam, Sekretaris Bidang Hikmah, Politik dan Kebijakan Publik Pikom IMM Faperta.
Bagikan ke :

IMMNews Faperta, MAKASSAR – Hari ini, 1 Mei, bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Buruh Internasional. Bagi sebagian orang, tanggal ini mungkin hanya sekadar penanda hari libur nasional—momen beristirahat dari kesibukan harian atau berkumpul bersama keluarga. Namun di balik itu, Hari Buruh menyimpan makna yang jauh lebih dalam. Ia adalah simbol perjuangan, penghormatan, dan identitas bagi jutaan pekerja yang menopang kehidupan bangsa ini dengan kerja keras dan dedikasi.

Sejarah mencatat bahwa Hari Buruh lahir dari perjuangan panjang kaum pekerja untuk mendapatkan hak-haknya bekerja dalam jam kerja yang manusiawi, upah yang layak, serta perlindungan atas keselamatan dan kesejahteraan mereka. Di Indonesia, peringatan ini menjadi ajang penting untuk mengingatkan kita semua bahwa pembangunan dan kemajuan tidak akan pernah terjadi tanpa kontribusi nyata dari para buruh.

Bayangkan pagi hari yang hening, ketika sebagian besar masyarakat masih terlelap, ada mereka yang telah bersiap menghadapi dunia. Para petugas kebersihan menyapu jalanan kota agar kita bisa berjalan nyaman, operator pabrik telah berjibaku dengan deru mesin, para guru bersiap mendidik anak bangsa, dan pekerja transportasi mengantar kita ke tempat tujuan. Di balik kenyamanan dan kelancaran hidup sehari-hari, ada tangan-tangan pekerja yang bekerja dalam senyap, namun sangat menentukan keberlangsungan sistem sosial dan ekonomi kita.

Ironisnya, meski peran mereka begitu vital, tidak semua pekerja menikmati hak-hak dasar secara layak. Masih banyak yang menghadapi kondisi kerja yang jauh dari aman, upah yang tidak memadai, jam kerja yang panjang, dan minimnya perlindungan sosial. Maka dari itu, Hari Buruh menjadi panggilan bagi kita semua pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas untuk menata ulang bagaimana kita memaknai kerja dan menghormati mereka yang melakukannya.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dalam orasi peringatannya hari ini, menekankan pentingnya peningkatan standar kerja dan kesejahteraan buruh di tengah tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi. “Kita tidak menolak kemajuan, tapi kita menuntut agar kemajuan itu tidak meninggalkan para pekerja,” ujarnya. Ia juga menyoroti pentingnya dialog sosial antara buruh, pengusaha, dan pemerintah sebagai kunci untuk membangun sistem ketenagakerjaan yang lebih adil.

Meneruskan Api Perjuangan Kartini: Perempuan sebagai Penentu Arah Peradaban

Pemerintah, melalui Kementerian Ketenagakerjaan, menyatakan komitmennya untuk terus memperbaiki regulasi ketenagakerjaan yang lebih berpihak pada pekerja, termasuk peningkatan pengawasan terhadap implementasi upah minimum, jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pelatihan vokasi agar pekerja Indonesia siap menghadapi era industri 5.0.

Namun tentu saja, tanggung jawab ini bukan hanya milik pemerintah atau serikat buruh semata. Setiap elemen masyarakat memiliki peran penting dalam menumbuhkan budaya yang menghargai kerja keras dan kesetaraan. Pengusaha dituntut untuk menempatkan kesejahteraan karyawan sebagai bagian dari keberhasilan perusahaan, sementara masyarakat perlu menghapus stigma terhadap profesi-profesi tertentu yang sering dianggap rendah. Tidak ada pekerjaan yang hina yang ada hanyalah peran berbeda dalam sistem kehidupan yang besar dan saling terhubung.

Momentum Hari Buruh ini seharusnya menjadi saat yang tepat untuk tidak hanya merayakan, tapi juga merenung. Ini adalah panggilan untuk berhenti sejenak, menyadari bahwa di balik kenyamanan hidup kita, ada ribuan bahkan jutaan tenaga kerja yang berjibaku setiap hari. Ini saatnya kita menaruh respek yang sejati bukan sekadar seremoni tahunan.

Di era modern yang penuh tantangan, dari perubahan iklim hingga disrupsi digital, pekerja tetap menjadi fondasi utama dalam pembangunan. Oleh sebab itu, penghargaan terhadap mereka harus diwujudkan dalam bentuk nyata: perlindungan hukum yang kuat, sistem kerja yang manusiawi, dan pengakuan terhadap martabat semua profesi.

Selamat Hari Buruh, untuk setiap tangan yang membangun gedung, memproduksi pangan, mengajar anak-anak, dan menjaga ketertiban. Dunia ini berdiri karena kalian. Semoga peringatan ini menjadi semangat untuk terus memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh pekerja Indonesia.

Selamat Jalan Ramadan 1446 H, Semoga Kita Berjumpa Lagi di Tahun Depan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement
Buka WhatsApp
1
Butuh bantuan?
care
Halo! Apa yang bisa kami bantu, kak?